Rabu, 30 September 2009

Ekspor buah hadapi banyak kendala

Ekspor buah hadapi banyak kendala

PANGALENGAN: Ekspor produk buah-buahan dan sayuran asal Indonesia terkendala sejumlah hambatan, sehingga sulit bersaing di pasar dunia. Padahal, potensi ekspor produk tersebut cukup menjanjikan.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu memaparkan sejumlah hambatan ekspor buah-buahan dan sayuran, di antaranya problem logistik, kualitas yang mengganggu daya saing, dan terganjal aturan di pasar tujuan ekspor.

Mari mengakui problem logistik masih menjadi persoalan utama yang belum dapat terselesaikan hingga kini. Adapun masalah kualitas dan aturan terkait dengan sejumlah syarat kesehatan yang harus dipenuhi oleh negara pengekspor di negara tujuannya, seperti standar produk pertanian.

"Pemerintah akan terus mempelajari kendala-kendala ini dan berusaha menyesuaikan dengan peraturan di negara tujuan yang terus berkembang," kata Mari, di sela-sela kunjungan ke PT Alamanda Sejati Utama, eksportir produk pertanian, kemarin.

Problem lain adalah volume. Eksportir buah-buahan dan sayuran kesulitan memenuhi permintaan pasar ekspor dalam jumlah besar karena tidak didukung plantation di dalam negeri.

Menurut Mari, beberapa produk unggulan ekspor, seperti nanas dan pisang cenderung dikembangkan di tingkat petani, sehingga jumlahnya pun tidak banyak, sedangkan permintaan di pasar ekspor sangat besar.

Dia menegaskan untuk mengatasi hambatan itu, pemerintah akan melakukan pengembangan kapasitas eksportir agar bisa memahami pasar tujuan dan peraturan negara tujuan ekspor, seperti Eropa, Amerika, Australia, China, dan Korea Selatan.

"Biasanya kita juga minta capacity building dari negara yang bersangkutan untuk membantu kita memahami dan menyiapkan laboratoriumnya, peralatan, dan pengetahuannya. Ini menjadi tugas Departemen Pertanian dan Departemen Perdagangan," katanya.

Komar Muljawibawa, Direktur PT Alamanda Sejati Utama, menambahkan beberapa persoalan lain, di antaranya infrastruktur seperti sarana jalan yang belum menjangkau seluruh daerah produksi pertanian, kurangnya pelabuhan ekspor, dan minimnya penerbangan khususnya cargo untuk ekspor.

Semua hal itu, kata dia, menyebabkan tingginya biaya ekonomi yang tinggi sehingga produk tidak kompetitif.
 

Tidak ada komentar: